Senin, 08 November 2010

Kita berpandangan bahwa barangsiapa yang mengaku ada agama yang lain, selain islam, diterima oleh Allah; maka dia telah kafir, dan harus bertaubat. Kalau tidak mau bertaubat maka dia dikenai hukuman sebagai orang murtad, karena dia telah mendustakan Al-Qur’an.
dan kita juga berpandangan bahwa barangsiapa yang mengingkari kerasulan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, kepada seluruh umat manusia, maka dia telah mengingkari semua rasul bahkan telah mengingkari rasulnya sendiri yang dia mengaku beriman kepadanya dan mengikutinya. Firman Allah,
“Kaum Nuh telah mendustakan para Rasul.” (Asy-Syu’ara :105).
Telah dinyatakan Allah bahwa mereka telah mendustakan para Rasul, padahal belum ada seorang rasulpun sebelum Nabi Nuh. Dan firman-Nya,
“Sesungguhnya orang-orang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan hendak membeda-bedakan antara Allah dan Rasul-rasul-Nya dengan mengatakan: “Kami beriman kepada sebagian dan kami kafir kepada sebagian yang lain”, serta mereka hendak mengambil jalan tengah di antara itu, merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya dan Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksa yang menghinakan”. (An-Nisa’:150-151).
Kita mengimani bahwa tiada lagi seorang nabi sesudah Nabi Muhammad, shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Barangsiapa yang mengaku sebagai nabi atau mempercayai orang yang mengaku sebagai nabi maka dia telah kafir. Karena dia telah mendustakan Allah dan Rasulullah serta ijma’ kaum muslimin.
Kita mengimani bahwa sesudah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, ada Khulafa’ Rasyidin, yang meneruskan tugas keilmuan dan da’wah pada umat beliau dan tugas kepemimipinan atas kaum mu’minin. Yang paling utama dan paling berhak sebagai khalifah di antara mereka adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, kemusian Umar bin Al-Khaththab, kemudian Utsman bin Affan, kemudian Ali bin Abu Thalib, Radhiyallahu ‘Anhum.
Demikian urutan mereka sebagai khalifah, sesuai dengan urutan keutamaan mereka. Karena Allah Ta’ala, yang Maha Bijaksana, tidak akan mengangkat seseorang sebagai khalifah atas generasi terbaik bilamana di antara mereka ada orang yang terbaik dan paling patut sebagai khalifah.
Kita mengimatni bahwa orang yang urutan keutamaannya di bawah yang lain dari antara mereka mungkin memiliki suatu keistimewaan khusus, di mana dia dalam segi keistimewaan ini mengungguli orang yang urutan keutamaannya di atasnya; akan tetapi dengan demikian tidaklah berarti bahwa dia memiliki keutamaan itu adalah banyak dan bermacam-macam.
Kita mengimani bahwa umat ini adalah umat terbaik dan termulia di sisi Allah Azza wa Jalla, karena Allah Ta’ala berfirman,
“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk umat manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah…”. (Ali Imran :110).
Adapun generasi terbaik ari umat ini adalah para shahabat Rasulullah, kemudian para tabi’in, kemudian tabi’ut tabi’ini.
Dan kita mengimani bahwa masih tetap ada dari umat ini golongan yang tegak membela Al-Haq, tak perduli dengan orang yang menghinakan atau menentang mereka, sampai datang keputusan Allah Ta’ala.
Beriman kepada rasul-rasul Allah maksudnya adalah membenarkan dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah telah mengutus pada tiap-tiap umat, seorang rasul yang mengajak umatnya menyembah Allah semata dan mengingkari sesembahan selain-Nya sebagaimana firman Allah, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus para rasul pada tiap-tiap umat (yang menyerukan), ‘Beribadahlah kepada Allah (saja) dan jauhilah thaghut…’” (QS. An-Nahl: 36).


Allah Ta’ala selalu mengutus seorang rasul atau nabi kepada setiap umat sebagai pembawa peringatan kepada kaumnya, baik dengan membawa syari’at khusus, atau dengan membawa syari’at sebelumnya yang diperbaharui. Allah berfirman, “Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, dan tidak ada suatu umat pun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan.” (QS. Fathir: 24).



Definisi Rasul dan Nabi

Rasul adalah seseorang yang diberikan wahyu syari’at dan diperintahkan oleh Allah untuk menyampaikan kepada orang yang tidak mengetahuinya, atau orang yang mengetahuinya tetapi mengingkarinya.

Nabi adalah seseorang yang Allah berikan wahyu syari’at terdahulu agar diajarkan kepada orang-orang di sekelilingnya dari kaum yang mengikuti syari’at tersebut sekaligus sebagai pembaharu. Setiap rasul merupakan nabi, tetapi setiap nabi belum tentu rasul.

Jumlah Rasul dan Nabi

Jumlah nabi dan rasul sangatlah banyak. Sebagian ada yang Allah jelaskan nama-nama dan kisah mereka dalam Al-Qur’an, namun ada sebagian dari mereka yang tidak diketahui namanya dan tidak ceritakan kisahnya kepada kita.

Jumlah rasul dan nabi yang Allah jelaskan nama-nama mereka dalam Al-Qur’an dan Allah kisahkan kepada kita tentang kehidupan mereka, yaitu sebanyak dua puluh lima orang. Mereka yaitu:

a. Adam ‘Alaihissalam

“Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat.” (QS. Thaha: 115).

b. Ibrahim, Ishaq, Ya’qub, Nuh, Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, Harun, Zakaria, Yahya, Isa, Ilyas, Ismail, Ilyasa, Yunus, dan Luth.

Allah Ta’ala menyebutkan nama-nama para nabi dan rasul-Nya, “Dan itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. Sesunggunnya Rabb-mu Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui.

Dan Kami telah menganugerahkan Ishaq dan Ya’qub kepadanya. Kepada keduanya masing-masing telah Kami beri petunjuk; dan kepada Nuh, sebelum itu (juga) telah Kami beri petunjuk, dan kepada sebagian dari keturunannya (Nuh) yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, dan Harun. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang memberi berbuat baik, dan Zakaria, Yahya, Isa, dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang shalih; dan Ismail, Ilyasa, Yunus, dan Luth masing-masing Kami lebihkan derajatnya di atas umat (di masanya); (dan Kamu lebihkan pula derajat) sebagian dari bapak-bapak mereka, keturunan mereka, dan saudara-saudara mereka. Dan Kami telah memilih mereka (untuk menjadi nabi-nabi dan rasul-rasul), dan Kami memberi petunjuk kepada mereka ke jalan yang lurus.

Itulah petunjuk Allah yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan. Mereka itulah orang-orang yang telah Kami berikan kepada mereka kitab, hikmah (pemahaman agama), dan kenabian.” (QS. Al-An’am: 83-89).

c. Idris ‘Alaihissalam

“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka ,kisah) Idris (yang disebut) di dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi.” (QS. Maryam: 56).

d. Hud ‘Alaihissalam

“Kaum ‘Ad telah mendustakan para rasul. Ketika saudara mereka, Hud, berkata kepada meraka, ‘Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu.”’ (QS. Asy-Syu’ara: 123-125).

e. Shalih ‘Alaihissalam

“Kaum Tsamud telah mendustakan rasul-rasul. Ketika saudara mereka, Shalih, berkata kepada mereka, ‘Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu.’” (QS. Asy-Syu’ara: 141-143).

f. Syu’aib ‘Alaihissalam

“Penduduk Aikah telah mendustakan rasul-rasul, ketika Syu’aib berkata kepada mereka, ‘Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu.”’ (QS. Asy-Syu’ara: 176-178).

g. Zulkifli ‘Alaihissalam

“Dan ingatlah akan Isma’il, Ilyasa, dan Zulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik.” (QS. Shad: 48).

h. Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam

“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi.” (QS. Al-Ahzab: 40).

Kita mengimani secara global terhadap para nabi dan rasul yang tidak diketahui namanya dan yang tidak Allah kisahkan kepada kita. Allah berfirman, “Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu.” (QS. Ghafir: 78).

Dari Abu Umamah radhiallahu ‘anhu, Abu Dzar radhiallahu ‘anhu berkata, “Ya Rasulullah, berapakah jumlah para nabi?” Beliau menjawab, “Seratus dua puluh empat ribu nabi, di antara mereka terdapat tiga ratus lima belas rasul, merupakan jumlah yang sangat banyak.” (HR. Ahmad dan At-Thabrani).

Hikmah Diutusnya para Rasul dan Nabi

1. Menyerukan manusia agar beribadah kepada Allah semata, dan melarang beribadah kepada selain-Nya.

Allah Ta’ala berfirman, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu.” (QS. An-Nahl: 36).

2. Menjelaskan jalan menuju Allah Ta’ala.

“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Jumu’ah: 2).

3. Menjelaskan kondisi manusia setelah sampai kepada Allah Ta’ala pada Hari Kiamat.

“Katakanlah, ‘Hai manusia, sesungguhnya aku adalah seorang pemberi peringatan yang nyata kepada kamu.’ Maka orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang shalih, bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia. Dan orang-orang yang berusaha dengan maksud menentang ayat-ayat Kami dengan melemahkan (kemauan untuk beriman); mereka itu adalah penghuni-penghuni neraka.” (QS. Al-Hajj: 49-51).

4. Menegakkan hujjah (argumentasi) bagi manusia.

“(Mereka Kami utus) sebagai rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu.” (QS. An-Nisa: 165).

Karakteristik para Rasul dan Nabi

1. Semua rasul dan nabi adalah dari golongan laki-laki yang dipilih dan dipersiapkan oleh Allah di antara hamba-hamba-Nya. Allah Ta’ala berfirman, “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka bertanyalah kepada orang-orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (QS. An-Nahl: 43).

2. Semua rasul dan nabi adalah manusia biasa. Mereka juga makan, minum, lupa, tidur, menderita sakit, dan meninggal.

“Katakanlah, ‘Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku, dan tidak (pula) menolak ke-mudharat-an kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya, dan aku tidak akan ditimpa ke-mudharat-an. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman.’” (QS. Al-A’raf: 188).

Keistimewaan para Rasul dan Nabi

1. Allah memilih mereka sebagai penerima wahyu dan misi kerasulan.

Allah berfirman, “Allah memilih utusan-utusan-Nya dari malaikat dan dari manusia.” (QS. Al-Hajj: 75).

2. Mereka terjaga dari kekeliruan (ma’shum) dalam menyampaikan risalah kepada manusia, baik berupa akidah maupun hukum.

“Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak keliru, dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat.” (QS. An-Najm: 1-5).

3. Saat-saat kematian, mereka diberikan pilihan antara dunia dan akhirat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak ada seorang nabi pun ketika sakit, kecuali mereka diberikan hak memilih antara dunia dan akhirat.” (Muttafaq ‘alaih).

4. Jasad mereka dimakamkan ditempat mereka wafat.

Dari Abu Bakar radhiallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidaklah seorang nabi dikuburkan, kecuali ditempat ia wafat.” (HR. Ahmad).

5. Jasad mereka tidak termakan bumi.

Para sahabat bertanya kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, bagaimana shalawat kami ditujukan kepada engkau, sedangkan engkau dalam keadaan hancur (dimakan tanah)?” Atau mereka berkata, “Telah rusak.” Beliau berkata, “Sesungguhnya Allah Ta’ala mengharamkan bumi memakan jasad para nabi.” (HR. Abu Daud).

Faedah Beriman Kepada para Rasul dan Nabi

1. Mengetahui rahmat dan pertolongan Allah kepada hamba-Nya, di mana keberadaan para rasul merupakan petunjuk jalan hidayah kepada Allah Ta’ala.

2. Mencintai para rasul dan memuji mereka dengan tidak berlebih-lebihan (ghuluw), karena mereka hanyalah seorang utusan Allah yang juga beribadah hanya kepada Allah Ta’ala, menyampaikan risalah-Nya, dan memberi nasehat kepada hamba-hamba-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar